Tuesday, November 22, 2011

Sebuah Cerita, Kita!

Ini adalah kali kedua dimana kita bertemu ditempat yang sama seperti bulan kemarin. Perasaanku pun masih sama, dada berdetak lebih cepat dari biasanya, harap cemas menantikan sosokmu nyata didepan mata.
Dalam perjalanan, sesekali aku memandang ke arah jarum jam, "kenapa waktu ini berjalan begitu lambat", batinku. Maklum saja ketika dua insan saling jatuh cinta tapi harus dipisahkan oleh jarak dan hal tersebut membuat mereka tidak bisa bertemu sesuka yang mereka inginkan.
Handphone tak lepas dari genggaman, aku selalu memberi kabar, sedang apa, sudah dimana, juga selalu berkata, "can't wait longer to see you, i miss you".
Kamu bertanya, "hal apa yang pertama kali akan kamu lakukan jika kita bertemu?". Aku menjawab santai, "aku ingin memelukmu, rindu setengah mati!".

*****

"Hei, aku sudah sampai di waktu indonesia bagian barat, sekarang lanjut perjalanan ke kotamu", pesan singkat yang aku kirim.
"Ok, hati-hati sayang, aku sudah siap menjemputmu sesampainya kamu disini", Balasmu.
Semua sesuai rencana diawal, dan sekarang saatnya aku menikmati lanjutan perjalanan malam ini, memperhatikan setiap sudut jalan, gemerlap lampu kota, ramai pengguna jalan, suasananya membuat aku tersenyum. Perasaan bahagia ini akan segera membawaku sampai tujuan akhir yang tidak lain adalah kamu.

"Aku deg-deg'an", pesan terakhir yang aku baca darimu.
Satu setengah jam waktu yang ditempuh untuk sampai ke kotamu, suara langkah kaki yang terburu-buru, melihat ke arah sekeliling dan beradu pandang pada mata yang sangat ingin aku lihat.
"Ya Tuhan, sekarang aku benar-benar ada dihadapnya", batinku. Segera aku memeluknya, kemudian perlahan dia mencium keningku.

*****

Tidak ada yang lebih bahagia, selain menghabiskan malam bersamamu. Melihatmu dari jarak yang sangat dekat membuat aku terus berharap, tolong jangan berakhir bahagia yang saat ini sedang aku rasakan.
"Finally, bisa ketemu kamu lagi", suaraku pelan, kamu mengecup bibirku. Aku melanjutkan kata sambil terus memelukmu, "aku kangen kamu, hatiku nggak tenang sampai kamu nyata dihadapanku, seperti sekarang".
"Pelukannya jangan dilepas!", bisikmu, "aku masih deg-deg'an, coba rasakan debar jantungku", aku meraba dadanya dengan tanganku dan merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat dari normalnya.

Kami melepas rindu, saling berpelukan, dia menatap tajam mataku, sesekali mencium keningku, melumat bibirku, dan kembali memelukku. Tidak ada yang kami pedulikan, selain tentang kita disini, hanya kita, tentang kita. Seakan melupakan waktu yang kita butuhkan untuk saling bertemu, yang terpenting adalah kamu nyata untuk aku.
Aku tak ingin hari-hari yang aku lalui bersamanya berakhir, tak sedikitpun keinginan melepas pelukannya, tak ingin jauh-jauh darinya, aku tahu kami saling menginginkan lebih dari sebelumnya. Kami merekam semua kenangan dalam hati dan pikiran masing-masing.

*****

Hariku tak lagi sendu, pagi inipun tidak lagi terasa dingin. Membuka mata dan hal yang pertama aku lihat adalah kamu. Kami berbaring berpelukan, sesekali berciuman.
"Bisa gak mata kamu diam sebentar, sini tatap mata aku" protesmu. Aku diam, menuruti apa yang kamu katakan.
Aku tidak ingin membuang waktu percuma, tidak ingin ada yang sia-sia, aku ingin menghafal semuanya; suasana, percakapan, raut wajah, binar mata, wangi parfum, tekstur bibir, semua yang ada pada dirimu. Tiba-tiba aku termenung, akankah kebersamaan ini kekal?

"Ingatlah, kapanpun kamu sedih, lelah, rindu dan saat kamu merasa sendiri, ingat aku dalam dekapan seperti ini" bisikku. Dalam diam aku berharap, jika pada saatnya nanti kita dihadapkan oleh pilihan-pilahan lain, biarkan kenangan ini tersimpan rapi dilubuk hati. Dia akan mengingatkanku tentang hari ini, sama seperti aku yang juga akan menyimpan gambar-gambar indah tentang kita.

Aku jatuh cinta, aku berusaha tidak mempertanyakan apa yang akan terjadi besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau seterusnya. Aku juga mau kamu tidak meminta banyak. Karena apa yang kita miliki hanyalah yang tersisa dari hidup yang sudah memilih arah tujuannya. Kita tak punya rencana apa-apa, kita menjalani apa yang harus kita jalani, sampai waktu memaksa kita untuk berhenti. Tapi kalau boleh aku menginginkan sesuatu, ya Tuhan aku ingin, sangat ingin, waktu ini berhenti sekarang, agar aku tak perlu kehilangan.

*****

Tiba saatnya untuk berpisah, dan aku sangat membenci keadaan dimana aku harus kembali terpisah jarak darinya.
"Kamu baik-baik ya, aku sayang kamu", lirih suaramu, hatiku tak berhenti berdebar, ingin rasanya air mata ini jatuh, tapi aku tak ingin melihatnya ikut bersedih.
"Akupun sayang kamu, jaga mata, jaga hati, jaga pikirannya, untuk aku", aku berucap dengan tatapan sendu.
Aku belum pulang, masih ada beberapa waktu jam bersamanya, tapi aku sudah merindunya, perasaan ini begitu saja menyesak, ternyata aku begitu mencintaimu sampai ke akar terdalam hati. Tapi ku akui waktu dan jarak begitu jahat, semua kenangan yang kita punya, sesaat dalam pelukan, namum sesaat kemudian saat kita akan berpisah, waktu dan jarak merampas kamu dari dekapanku yang terus merindu.

Entahlah kapan bisa bertemu lagi, dan aku tidak suka menunggu. Ah kini aku tidak lagi peduli soal waktu. Nanti, kalau sudah sampai pada waktunya aku dan kamu, maka kita akan bisa bertemu lagi, bagaimanapun caranya.

No comments: