Showing posts with label Fiction Story ?. Show all posts
Showing posts with label Fiction Story ?. Show all posts

Sunday, November 25, 2012

Surat Untuk Bumi #4

Jangan pernah berfikir jika aku akan melupakanmu. Tidak akan bisa, tidak akan pernah bisa. Setelah aku kehilanganmu tentu saja aku masih menyimpan semua memori tentang kita. Kemudian terfikir untuk menulis surat ini, yang akupun tak tahu harus ku alamatkan kemana.

Apa kabarmu sekarang?
Aku tahu kamu sudah bahagia disana, tentunya kamu berada ditempat ternyaman yang pernah ada.
Walau kamu jauh, kamu masih mengingatku kan? mengingat semua kenangan-kenangan itu? kenangan kita.
Ah, aku mungkin mengada-ada...
Berharap kamu merindukanku juga.

Masih kecewa?
Akupun.

Masih belum bisa memaafkan?
Tak apa.

Jika membenciku bisa membuatmu bahagia, benci aku sebisamu.

Kamu mau tahu bagaimana keadaanku sekarang? Oh, kamu sudah tahu. Beginilah aku sekarang, mungkin ini kutukan dari semua kesalahan yang aku perbuat, aku terima kok, kamu tak perlu kasihan, apalagi memberi bantuan.

Tolong lihat aku dari kejauhan, aku buktikan jika nanti aku akan bahagia sama sepertimu, walau dengan seseorang yang lain, seseorang yang rela berkorban apa saja demi aku, seperti yang kamu lakukan untuk aku dulu.

Semoga kita bisa bertemu lagi yah, entah kapan dan dimana biar Tuhan yang tentukan jalannya.

Wednesday, November 21, 2012

Forgiving doesn't mean Forgetting

Harusnya tak ku biarkan rasa ini terus menghantuiku. Membiarkan asaku terus menggerogoti hati dan pikiran yang akhirnya hanya membuat kesedihan diri sendiri.

Diawal aku fikir ini adalah cinta yang baik, cinta yang akan membawaku pada satu harapan yang lebih baik. Ternyata aku salah. Aku terlalu bersemangat mengawali suatu cerita yang sebenarnya aku tak mengerti berawal dari mana dan akan berakhir seperti apa.

Setiap pertemuan akan menemukan saat dimana akan ada perpisahan. Tapi bukan dengan caramu yang tiba-tiba menghilang. Jika diawal pertemuan kamu memberi harapan, kenapa ditengah jalan harus menghancurkan. Ternyata kamu setega itu, sejahat itu.

Aku mencarimu, berharap ada sedikit penjelasan dari suatu kehilangan. Yang aku dapat hanya suatu permintaan maaf. Kemudian aku merenung, memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi. Salahku apa? dimana letaknya?


Entahlah...

Sudahlah...

Mungkin aku memaafkanmu, tapi........
Aku tidak melupakan bagaimana kamu membuat perasaanku menjadi seperti sekarang.

Kecewa.

Dan kemudian aku mencari cara bagaimana melupakanmu.

Friday, April 20, 2012

Mr.Silent

"Aku sudah di depan rumahmu..." suara yang baru saja terdengar dari telepon selularku.

"Oh, oke, aku keluar sekarang, tunggu." jawabku.

Seseorang yang memang sedari tadi aku tunggu kedatangannya, akhirnya datang juga.

"Dari mana?" tanyaku.

"Abis nongkrong tadi sama teman-teman, ini nyempetin waktu buat ketemu kamu."

"Ehmmm, trus seharian ini ngapain aja?"

"Biasa aja, kerja, pulang, nongkrong trus ketemu kamu."

Seperti biasa jawabanmu yang selalu singkat, kamu tidak suka banyak bicara, dan lebih sering diam. Sehingga aku sering bertanya tentang ke-diam-an-mu, tapi kamu menjawab dengan tenang jika semuanya baik-baik saja, kalau sudah begini akupun tak tahu harus berbuat apa. Entahlah walau hanya sekedar menatap mata dan menyaksikan senyum dari bibirmu, aku bahagia.

"Kamu jangan diam terus dong, aku bingung kalo kamu diem kaya begini."

"Aku nggak kenapa, beneran."

Bukan hanya malam ini kita seperti ini, setiap kali kita punya waktu untuk berdua, kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk diam-diam-an. Tapi tak apa, saat diam itu, kamu menggenggam tanganku, tak sedikitpun kamu lepas sampai akhirnya kamu pamit untuk pulang. Saat kamu genggam tanganku, saat kamu berada dijarak sangat dekat denganku, saat itu juga aku merasa tenang, merasa nyaman. Dan sesekali kamu berikan aku kecupan dikening, kusandarkan kepalaku dipundakmu, memberi isyarat jika aku nyaman saat bersamamu. Adakah kata yang lebih penting yang dapat menggambarkan perasaan saat itu.

"Aku pulang yah, udah larut malam.." katamu.

"Nanti dulu yah, sebentar lagi." pintaku.

"Besok kita kita ketemu lagi, sekarang kamu istirahat yah, aku sayang kamu."

"Baiklah, hati-hati yah, sayang kamu."

Saturday, March 10, 2012

Curhatan Untuk Bumi #3

BUMI...
Malam ini aku menitikkan air mata.
Entah kenapa tetesannya tak ingin berhenti.
Mungkin benar aku bersalah...
Mungkin benar aku menyesal...
Aku sengaja menyakitimu, membiarkanmu pergi dan berlalu.

Maafkan aku Bumi...
Ampuni aku Tuhan...

Friday, December 23, 2011

Curhatan Untuk Bumi #1

Hello Bumi...

Apa kabar kamu hari ini? Bisakah kamu memaafkan aku? Aku telah membawamu untuk ikut merasakan kesediahan yang harusnya aku rasakan sendiri. Kamu tahu Bumi, aku sedang merindu, tapi mau bagaimana lagi? sedih? sedikit sih, tapi tetap aja terasa. Entahlah.. mungkin ini yang sering orang sebut.. KECEWA ! ! !

Oia, apa kamu sadar, kamu menjadi guru yang sangat baik akhir-akhir ini, kamu mengajarkan aku untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, menahan ego yang berujung pada amarah. Terima kasih Bumi, walau sulit aku berusaha tegar untukmu. Kecewaku jangan menjadi tangismu.

Btw, kamu tahu tidak Bumi? ternyata kecewa itu pahit ya? hahaha... Bahkan si kecewa ini dengan hebatnya bisa membuat luka yang sakit itu seakan hambar. Kecewa itu juga bisa membuat derai air mata jadi semakin deras aliran arusnya. Aku baru tahu kalau kecewa itu, seperih itu, iya... seperti itu.

Tapi tenanglah Bumi, ini bukan salahmu, kecewaku bukan karenamu, dan bukan salahnya juga, jadi aku minta tenanglah kalian berdua. Eh tapi ini juga bukan salahku loh. Huffft, oke.. aku mengaku, ya aku salah, memang salahku, salah otakku yang berusaha melampaui denting waktu dan melukis masa depan. Salah otakku yang memberikan gambaran tentang apa yang tidak dapat diuji oleh ilmu pasti. Salah otakku yang berilusi menggoreskan harapan yang... yah akhirnya begini, ya begini ini si kecewa ini...

Sekali lagi maafkan aku, Bumi !

Aku kehilangan kata-kataku, dan sebentar lagi akupun akan kehilangan dia. Hmm tapi ya itu, aku kecewa... Sangat kecewa.

Iya, sangat kecewa....

Ah, sudahlah.

Aku mau kamu, Bumi !
Berjanjilah jika kamu tidak akan ikutan hilang meninggalkan aku.

Tuesday, November 22, 2011

Sebuah Cerita, Kita!

Ini adalah kali kedua dimana kita bertemu ditempat yang sama seperti bulan kemarin. Perasaanku pun masih sama, dada berdetak lebih cepat dari biasanya, harap cemas menantikan sosokmu nyata didepan mata.
Dalam perjalanan, sesekali aku memandang ke arah jarum jam, "kenapa waktu ini berjalan begitu lambat", batinku. Maklum saja ketika dua insan saling jatuh cinta tapi harus dipisahkan oleh jarak dan hal tersebut membuat mereka tidak bisa bertemu sesuka yang mereka inginkan.
Handphone tak lepas dari genggaman, aku selalu memberi kabar, sedang apa, sudah dimana, juga selalu berkata, "can't wait longer to see you, i miss you".
Kamu bertanya, "hal apa yang pertama kali akan kamu lakukan jika kita bertemu?". Aku menjawab santai, "aku ingin memelukmu, rindu setengah mati!".

*****

"Hei, aku sudah sampai di waktu indonesia bagian barat, sekarang lanjut perjalanan ke kotamu", pesan singkat yang aku kirim.
"Ok, hati-hati sayang, aku sudah siap menjemputmu sesampainya kamu disini", Balasmu.
Semua sesuai rencana diawal, dan sekarang saatnya aku menikmati lanjutan perjalanan malam ini, memperhatikan setiap sudut jalan, gemerlap lampu kota, ramai pengguna jalan, suasananya membuat aku tersenyum. Perasaan bahagia ini akan segera membawaku sampai tujuan akhir yang tidak lain adalah kamu.

"Aku deg-deg'an", pesan terakhir yang aku baca darimu.
Satu setengah jam waktu yang ditempuh untuk sampai ke kotamu, suara langkah kaki yang terburu-buru, melihat ke arah sekeliling dan beradu pandang pada mata yang sangat ingin aku lihat.
"Ya Tuhan, sekarang aku benar-benar ada dihadapnya", batinku. Segera aku memeluknya, kemudian perlahan dia mencium keningku.

*****

Tidak ada yang lebih bahagia, selain menghabiskan malam bersamamu. Melihatmu dari jarak yang sangat dekat membuat aku terus berharap, tolong jangan berakhir bahagia yang saat ini sedang aku rasakan.
"Finally, bisa ketemu kamu lagi", suaraku pelan, kamu mengecup bibirku. Aku melanjutkan kata sambil terus memelukmu, "aku kangen kamu, hatiku nggak tenang sampai kamu nyata dihadapanku, seperti sekarang".
"Pelukannya jangan dilepas!", bisikmu, "aku masih deg-deg'an, coba rasakan debar jantungku", aku meraba dadanya dengan tanganku dan merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat dari normalnya.

Kami melepas rindu, saling berpelukan, dia menatap tajam mataku, sesekali mencium keningku, melumat bibirku, dan kembali memelukku. Tidak ada yang kami pedulikan, selain tentang kita disini, hanya kita, tentang kita. Seakan melupakan waktu yang kita butuhkan untuk saling bertemu, yang terpenting adalah kamu nyata untuk aku.
Aku tak ingin hari-hari yang aku lalui bersamanya berakhir, tak sedikitpun keinginan melepas pelukannya, tak ingin jauh-jauh darinya, aku tahu kami saling menginginkan lebih dari sebelumnya. Kami merekam semua kenangan dalam hati dan pikiran masing-masing.

*****

Hariku tak lagi sendu, pagi inipun tidak lagi terasa dingin. Membuka mata dan hal yang pertama aku lihat adalah kamu. Kami berbaring berpelukan, sesekali berciuman.
"Bisa gak mata kamu diam sebentar, sini tatap mata aku" protesmu. Aku diam, menuruti apa yang kamu katakan.
Aku tidak ingin membuang waktu percuma, tidak ingin ada yang sia-sia, aku ingin menghafal semuanya; suasana, percakapan, raut wajah, binar mata, wangi parfum, tekstur bibir, semua yang ada pada dirimu. Tiba-tiba aku termenung, akankah kebersamaan ini kekal?

"Ingatlah, kapanpun kamu sedih, lelah, rindu dan saat kamu merasa sendiri, ingat aku dalam dekapan seperti ini" bisikku. Dalam diam aku berharap, jika pada saatnya nanti kita dihadapkan oleh pilihan-pilahan lain, biarkan kenangan ini tersimpan rapi dilubuk hati. Dia akan mengingatkanku tentang hari ini, sama seperti aku yang juga akan menyimpan gambar-gambar indah tentang kita.

Aku jatuh cinta, aku berusaha tidak mempertanyakan apa yang akan terjadi besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau seterusnya. Aku juga mau kamu tidak meminta banyak. Karena apa yang kita miliki hanyalah yang tersisa dari hidup yang sudah memilih arah tujuannya. Kita tak punya rencana apa-apa, kita menjalani apa yang harus kita jalani, sampai waktu memaksa kita untuk berhenti. Tapi kalau boleh aku menginginkan sesuatu, ya Tuhan aku ingin, sangat ingin, waktu ini berhenti sekarang, agar aku tak perlu kehilangan.

*****

Tiba saatnya untuk berpisah, dan aku sangat membenci keadaan dimana aku harus kembali terpisah jarak darinya.
"Kamu baik-baik ya, aku sayang kamu", lirih suaramu, hatiku tak berhenti berdebar, ingin rasanya air mata ini jatuh, tapi aku tak ingin melihatnya ikut bersedih.
"Akupun sayang kamu, jaga mata, jaga hati, jaga pikirannya, untuk aku", aku berucap dengan tatapan sendu.
Aku belum pulang, masih ada beberapa waktu jam bersamanya, tapi aku sudah merindunya, perasaan ini begitu saja menyesak, ternyata aku begitu mencintaimu sampai ke akar terdalam hati. Tapi ku akui waktu dan jarak begitu jahat, semua kenangan yang kita punya, sesaat dalam pelukan, namum sesaat kemudian saat kita akan berpisah, waktu dan jarak merampas kamu dari dekapanku yang terus merindu.

Entahlah kapan bisa bertemu lagi, dan aku tidak suka menunggu. Ah kini aku tidak lagi peduli soal waktu. Nanti, kalau sudah sampai pada waktunya aku dan kamu, maka kita akan bisa bertemu lagi, bagaimanapun caranya.